BADA’IUZ ZUHUR BAGIAN KE 005
AWAL PENCIPTAAN BUMI
Mungkin dikalangan kita masih banyak orang yang beranggapan bahwa bumi itu datar, atau lebih dikenal dengan sebutan kaum bumi datar. Pada bab ini akan dibahas secara gambalng mengenai bumi itu bulat, walaupun ada diantara para ulama berpendapat bahwa bumi ini datar. Logikanya jika bumi datar berarti tidak ada siang dan malam. Nah untuk lebih jelasnya, simak uraian dari Syekh Muhamad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafi dalam kajian kitab Bada’iuz Zuhur. Jika masih ingin membantah, silakan (kaum bumi datar) untuk meraga sukma sendiri sampai ke penghujung warna setelah itu akan muncul gelap, dan lihat sendiri buktinya.
-﴿ذكر مبدإ خلق الأرض﴾-
AWAL PENCIPTAAN BUMI
قال
الله تعالى (هُوَ الَّذِى خَلَقَ السَّمٰوٰاتِ وَاْلأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ) قوله تعالى فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ إختلف جماعة من
العلمآء فى مقدار هذه الأيام, هل هي من أيام الدنيا أم من أيام الآخرة. قال إبن عباس رضي الله عنمها ومجاهد والضحاك وآخرون من
العلمآء : "هى من أيام الدنيا" وقال كعب الأخبار وابن جَرِير "إنها
من أيام الآخرة التى كل يوم منها مقدار ألف سنة مما تعدون" والأصح ما قاله
إبن عباس ومجاهد والضحاك.
Kisah
tengntang awal mula terciptanya bumi diawali dengan Firman Allah dalam surat
al-Furqon ayat 59 yang atinya “Dia-lah Allah yang menciptakan langit dan
bumidalam enam masa kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy”. Makna dari
Firman Allah فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ (dalam enam masa) ini para ulama’ berbeda
pendapat. Apakah yang dimaksud enam masa ini menurut waktu di dunia ataukah
waktu di akhirat?
Menurut
Ibnu Abas ra, Mujahid dan Dlohak dan ulama’-ulama’ lain berpendapat bahwa
maksud dari kata “enam masa” ini menurut waktu di dunia. Sedangkan Ka’ab bin
Manbah dan Ibnu Jarir berpendapat bahwa kata “enam masa” ini merujuk pada waktu
akhirat, dimana satu hari di akhirat sesuai penjumlahannya sama dengan seribu
hari di dunia. Adapun yang pendapat yang paling sohih (valid) adalah sesuai
pendapat Ibnu Abbas, Mujahid dan Dlohak yakni enam masa itu adalah enam hari di
dunia.
(قال) إبن عباس لـما أراد الله
تعالى أن يخلُقَ الأرض أمَر الرياح جميعا أن تثور فثارت حتى هيَّجَتْ الـمِياه
وأثارتِ الأمواجَ فصار يضرب بعضها ببعض, فلم تزل الرياح تضرب بالـماء حتى أزيد
وتراكهم الزبد فصار منه حشفة بيضاء فصارت ربوة كهيئة التل العظيم, فجعل الـماءَ يقلُّ
والزبد يتمو بقدرة الله تعالى حتى بلغ ما بلغ وأحدق الـماء من حوله فصارت الأرضَ
كالكرة الباركة فى الـماء.
Ibnu
Abbas ra, berkata “Ketika Allah ingin menciptakan bumi, kemudian Allah
memerintahkan seluruh angin untuk mengamuk bergejolak menyebar hingga air
bergejolak dan menimbulkan gelombang, maka air pun bergerak dan berputar saling
bertabrakan dengan dahsyatnya. Antara satu ombak dengan ombak yang lainnya
saling menghantam serta angin terus bertiup tanpa henti sehingga menimbulkan
banyak busa dan busa-busa putih mengeras lalu berubah menjadi batu karang
putih. Lambat laun batu karang putih yang diterjng badai besar tumbuh menadi
bukit yang tinggi atau pulau-pulau kecil. Secara otomatis debit air berkurang
karena telah terjadi peemadatan dan busa-busa itu telah sempurna berubah wujud
menjadi karang atas kuasa Allah. Sisa-sia air yang nampak berkilauan
mengelilingi pulau-pulau kecil maka jadilah bumi yang bulat seperti bola
didalam peairan. Artinya tanah itu dikelilingi / diselimuti oleh air.”
قال وهب بن منبه لـما خلق الله تعالى الأرضَ كانت طبقة
واحدة ففتقها فصيرها سبعا كما فعل بالسماء وجعل بين الطبقة, والطبقة مسيرة خمسمائة
عام وهو قوله تعالى (فَفَتَقْنَا هُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْـمَاءِ كُلَّ شَيْئٍ حَيٌّ)
(الأنبيآء : 30)
Wahab bin Manbah berkata “ketika Allah menciptakan
bumi dalam satu lapisan kemudian membelahnya menjadi tujuh seperti langit yang
berlapis-lapis hingga tujuh tingkatan. Antara satu lapis dengan lapis
berikutnya kira-kira berjarak 500 tahun perjalanan kaki, hal ini sesui dengan
Firman Allah dalam surat AL-Anbiya’ ayat 30 yang artinya “kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”.”
(قال وهب بن منبه) لـما فتق الله تعالى الأرض وجعلها
سبعا كان إسم الطبقة الأولى أديما والثانية بسيطا والثالثة ثقيلا والرابعة بطيحا
والخامسة حينا والسادسة ماسكة والسابعة الثرى. وفى بعض الروايات تختلف أسمأؤها.
قال الثعلبى, إن الأرض الثانية تخرج منها الريح وسُكانها أمم يُقال لهم الطَمَس
وطعامُهم من لحومهم وشرابُهم مِن دِمائهم والطبقة الثالثة سكانها أمم وجوههم كوجوه
نبى آدم وأفواههم كأفواه الكلاب وأيديهم كأيدى نبى آدم وأرجلهم كأرجال البقر
,وآذنهم كآذن البقر وعلى أبدانهم شَعر كصوف الغنم وهو لهم ثياب. يقال أن ليلَنا
نهارهم ونهارهم ليلنا, والطبقة الرابعة سكانها أمم يقال لهم الحَلْهَامُ وليس لهم
أعين ولا أقدام بل لهم أجنحة مثل أجنحة القطا. والطبقة الخامسة بها أمم يقال
لهم الخَشْنُ وهم كأمثال البغال ولهم أذناب¸كل ذنب نحو ثلثمائة ذراع وفى هذه الأرض
حيات كأمثال النخل الطوال ولهم أنياب مثل الجمال. والطبقة السادس بها أمم يقال لهم الحَثُوْمُ وهم سود الأبدان ولهم مخالب كمخالب
السباع ويقال إن الله تعالى يسلطهم على يأجوج ومأجوج حين يخرجون على الناس
فتهلكهم. والطبقة السابعة فيها مَسكَن إبليسَ اللعين وجنوده من الـمردة الشياطين.
Wahab bin manbah berkata : “Ketika Allah membelah bumi
menjadi tujuh lapis maka masing-masing ke tujuh lapis bumi itu memiliki nama
yang berbeda-beda, yaitu : (1) Edema/lapisan inti (2) Basithon/lapisan sederhana
(3) Tsaqilan/lapisan berat (4) Bathihan/lapisan datar (5) Hiinan/lapisan hidup
(6) Masikah/lapisan penahan (7) Tsuro/lapisan debu.
Riwayat lain menjelaskan tentang perbedaan nama-nama
ke tujun lapis bumi tersebut. Imam Tsa’labi merupakan salah satu ulama’ yang
memiliki pandangan lain tentang tujuh lapis bumi tersebut. Menurut Imam
Tsa’labi, ke enam lapis bumi (selain bumi yang kita tempati) itu adalah sebagai
berikut :
Bumi yang ke dua tercipta dari angin yang dihuni oleh
bangsa At-Thomasu/Tamas. Makan memkaan dagingnya sendiri dan darahnya sebagai
minumannya. Dikatakan bahwa malamnya kita adalam siang bagi mereka dan
siang-nya kita adalah malam bagi mereka.
Bumi yang ke tiga ini tempat tinggalnya makhluk dimana
wajah mereka mirip seperti wajah Nabi Adam, mulutnya seperti mulut anjing,
kedua tangannya seperti tangan nabi Adam, kaki-kaki dan telinganya seperti kaki
dan telinga sapi, dan disekujur tubuhnya terdapat bulu seperti bulu domba
sekaligus sebagai pakaian mpereka. Adapun suasana di bumi lapis ke tiga ini
berlawanan dengan bumi pertama (yang kita tempati) ini, yakni, jika disana
malam maka disini siang dan sebaliknya.
Bumi ke empat adalah Al-halham الحَلْهَامُ) ( pemimpi. Dan mereka tidak memiliki mata tau kaki Dikatakan
bahwa malam kita adalah siang mereka dan siang mereka adalah malam kita, dan
lapisan keempat dihuni oleh bangsa-bangsa yang disebut pemimpi, dan mereka
tidak memiliki mata atau kaki, melainkan mereka memiliki sayap yang bentuknya
seperti kucing.
Bumi ke lima adalah Al-Khasyan yang bentuknya seperti
bagal, mempunyai ekor dan panjang masing-masing ekornya kira-kira 300 dhasta/dziro’
atau setara dengan 12.000 meter.
Di bumi ke lima ini terdapat kehidupan yang bentuknya
seperti gerombolan lebah madu yang memanjang. Selain memiliki punuk, bumi ke
lima ini juga memiliki taring / gading seperti gading gajah.
Bumi ke enam adalah al-Hatsum (الحَثُوْمُ) bumi ini dihuni ole makhluk
dimana sekujur tubuhnya berwarna hitam, memiliki cakar seperti cakar singa Dikatakan
bahwa ketika Allah memberi kekuasaan kepada Ya’juj Ma’juj untuk keluar dari
penjaranya mereka dan hendak menghancurkan manusia mereka merong-rong melobangi
tembok penjaranya menggunakan cakar-cakar makhluk bumi ke enam ini.
Bumi ke tujuh ini adalah tempat tinggalnya iblis (laknatullah) dan bala tentaranya. Anak buah iblis adalah kaum murtadin dari golongan syetan.
0 Response to "KAJIAN KITAB BADA’IUZ ZUHUR BAGIAN 005 : AWAL DICIPTAKANNYA BUMI"
Post a Comment