PROFIL SYAIKH IBNU MASYISYI RA, GURU SYAIKH ABU HASAN ASY-SYADZALI RA.

MENGENAL SOSOK
KARYA SYAIKH ABDUSSALAM AL-MASYISYI
Pengarang Sholawat Masyisiyah

    Syaikh Abdussalam Al-Masyisyi merupakan salah satu dari kesekian guru dan mursyid SyaikhAbu Hasan Asyadzali RA, Sedikit gambaran tentang Sang ”Quthbul Aqthab” atau “Al Ghouts”, Maulay Abdussalam bin Masyisy. Beliau adalah Abdussalam bin Masyisy bin Malik bin Ali bin Harmalah bin Salam bin Mizwar bin Haidarah bin Muhammad bin Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sabth bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra putri Rasulullah SAW. Lahir pada tahun 559 H bertepatan dengan 1198 M dan wafat pada tahun 622 H (1261 M).


Nama lengkap dan nasab beliau adalah Syeikh Ibnu Masyisy Abdussalam bin Masyisy bin Malik bin Ali bin Harmalah bin Salam bin Mizwar bin Haidarah bin Muhammad bin Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sabth bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra putri Rasulullah saw. Syeikh Ibnu Masyisy lahir pada tahun 559 H /1198 M.

Nama Syaikh Maulaana Abdussalam bin Masyisy sudah tidak asing lagi di telinga kita. Beliau merupakan Beliau merupakan Maha Guru dari tiga wali quthub (pemimpin para wali) sebagamana tercatat dalam kitab at Thabaqat as Syadziliyah al-Kubro karya Syekh Hasan bin Muhammad bin Qasim at Tazy. Tiga wali dimaksud yaitu Syekh Ahmad al Badawi (murid wali quthub Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Syekh Ahmad Rifai), Syekh Ibrahim Ad Dasuqi dan Syekh Abu al Hasan Ali bin Abdillah as Syadzili (Pendiri tarekat Syadziliyah).

Beliau ini termasuk golongan masuk “al Ghouts” yang artinya penuntun atau pembimbing kepada kebaikan, khususunya dalam menuju makrifat kepada Allah SWT. atau juga tergolong ”Quthbul Aqthab” (Pemimpinnya para pemimpin wali).
Maulana Abdussalam bin Masyisy dengan kedalaman ilmu dan kezuhudannya yang tinggi, adalah sosok yang sangat tertutup dan tidak ingin di kenal oleh manusia. Hal ini bisa dilihat dari salah satu doa beliau, “Ya Allah aku mohon kepada-Mu agar makhluk berpaling dariku sehingga tidak ada tempat kembali bagiku selain kepada-Mu“. Dan Allah pun mengabulkan permohonan beliau dan karena sangat ketertutupannya itu sampai tidak ada yang mengenal beliau kecuali waliyullah Syeikh Abu al Hasan as-Syadzili.

Perkenalan dan pertemuan agung beliau dengan calon muridnya, Syeikh Abu al Hasan as Syadzili, berawal saat Syeikh Abu Hasan, yang saat itu di puncak perasaan yang dahsyat untuk bertaqarrub kepada Allah swt. berharap hatinya penuh cahaya ma’rifatullah, mengembara mencari Mursyid yang Quthub. Dan akhirnya Sampailah ia ke negeri para wali di Irak. Dari satu wali ke wali lain yang beliau temui belum juga membuatnya puas sebelum bertemu dengan seorang wali quthub di zaman itu. Padahal dari Maroko Syeikh Abul Hasan sempat menembus ribuan kilometer dengan berjalan kaki menuju Irak, mengarungi padang sahara yang luar bisaa luasnya, demi mencapai cita-citanya yang luhur. Akhirnya beliau bertemu dengan salah seorang wali di Irak. ketika itu sang wali yang beliau temui berkata kepadanya: “Wahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh-jauh sampai di sini. Padahal orang yang engkau cari itu sebenarnya ada di negeri asalmu sendiri. Beliau adalah Quthubu zaman yang agung saat ini. Sekarang pulanglah engkau ke Maghrib (Maroko) dari pada bersusah payah berkeliling di negeri ini. Saat ini beliau sedang berkhalwat di puncak gunung di sebuah gua. Temuilah beliau dan cari di sana…!

Setelah itu beliau bergegas menuju Maroko dan kembali ke desanya Ghamarah, tempat dimana beliau dilahirkan. Hatinya tak terbendung untuk segera bertemu dengan Sang Quthub yang menetap di puncak gunung (Jabal al ‘Alam) itu. Ketika menempuh jalan berliku menuju puncak gunung itu, Syeikh Abu Hasan akhirnya bertemu juga dengan Sang Quthub tersebut. 

Kemudian Sang Quthub (Maulay Abdussalam bin Masyisy) memerintahkannya berkali-kali untuk mandi di dekat gua yang kebetulan ada air untuk mandi dan berwudlu, hingga beliau sadar bahwa perintah tersebut untuk mensucikan diri dari hal-hal yang berkaitan dengan keangkuhan dan kesombongan. Lalu saat beliau keluar dari bersuci dan menghadap dalam keadaan faqir, dari arah gua itu muncul sosok yang tampak lanjut usia dengan pakaian yang sederhana, dan dengan songkok dari anyaman jerami Seraya berkata, “Marhaban Wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar, Dengan menyebut nasab Syeikh Abul Hasan sampai ke Rasulullah ”.

Mendengar itu semua Syeikh Abul Hasan semakin takjub. Belum sempat mengeluarkan kata, Sang Quthub itu melanjutkan, “Wahai Ali, engkau datang kepadaku sebagai fakir baik dari segi ilmu maupun amalmu, maka engkau akan mengambil dariku semua kekayaan, dunia hingga akhirat”. 

Kemudian Sang Qutub melanjutkan, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya sebelum engkau datang ke sini, Rasulullah . telah memberi tahu kepadaku segala hal tentang dirimu, serta akan kedatanganmu hari ini. Selain itu aku juga mendapatkan tugas dari beliau agar memberikan pendidikan dan bimbingan kepadamu. Oleh sebab itu ketahuilah bahwa kedatanganku kemari sengaja untuk menyambutmu”. Semasa hidupnya beliau memiliki kesungguhan dan kemauan yang keras dalam menuntut ilmu serta menjaga awrad (baca’an-bacaan zikir dan doa) hingga sampai kepada jalan menuju makrifah kepada Allah

Dalam bidang ilmu pengetahuan salah satunya beliau berguru pada Syeikh Ahmad yang di juluki “Aqtharaan”, dimakamkan di daerah Abraj dekat pintu Tazah. Dalam bidang tasawuf di antara para gurunya adalah Syeikh Abdurrahman bin Hasan al-’Aththar yang terkenal dengan “az-Ziyyaat”. Dari beliau Ibnu Masyisy belajar tentang ilmu mua’amalah (interaksi sosial) dengan masyarakat yang sumbernya berakhlak sesuai dengan akhlak baginda Rasulullah .

Meski tidak banyak meninggalkan karangan, namun salah satu warisan yang sangat penting dan berharga dari beliau adalah bacaan Shalawat yang dikenal dengan “Sholawat Masyisyiah”, yaitu sebuah shalawat yang jika kata-katanya berbaur atau di ucapkan oleh ruh maka akan membuat pemilik ruh tersebut terasa melayang di udara dari keluhuran dan keindahan alam malakut. Shalawat yang memiliki banyak rahasia dan keutamaan serta mampu memberikan pancaran cahaya Ilahi bagi para pengamalnya.

Kehidupan Intelektual Ibnu Masyisy.
Ibnu Masyisy belajar membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an di Kuttab (tempat yang digunakan untuk mengajarkan anak-anak kecil membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an) dan dia telah hafal al-Qur’an sejak berumur kurang dari 12 tahun kemudian pergi menuntut ilmu. Ibnu Masyisy bekerja di lahan pertanian seperti penduduk kampung lainnya dan tidak bergantung kepada orang lain dalam mengatur urusan kehidupannya. Dia menikahi anak perempuan pamannya (pamannya bernama Yunus), dari pernikahannya ini dikarunia empat orang anak laki-laki: Muhammad, Ahmad, Ali, Abdus Shamad dan satu orang anak perempuan: Fatimah.
Syeikh Ibnu Masyisy mumpuni dalam bidang ilmu juga memiliki kezuhudan yang tinggi, Allah swt menyatukan dalam dirinya dua kemulian, dunia dan Agama, serta menjaga keutamaan keyakinan yang haqiqi. Dan Ibnu Masyisy mendapatkan keberhasilan atas kesungguhan kemauan dan cita-citanya, seorang yang tidak pernah menyimpang dari jalan syari’at sehelai rambut pun, berpegang teguh pada Agama dan menyampaikan keutamaan-keutamaannya

Pada hari beliau dilahirkan, syaikh Abdul Qadir al-Jilaniy mendengar suara hatif (bisikan ruhani); “Ya syaikh Abdul Qadir, cermatilah keadaanmu kepada penduduk kota maroko, sesungguhnya yang akan menjadi wali Qutub di kota tersebut telah dilahirkan.

Guru-guru Syaikh Al Masyisyi
Syeikh Ibnu Masyisy memiliki kesungguhan dan kemauan yang keras dalam menuntut ilmu serta menjaga awrad (baca’an-bacaan zikir dan do’a) sehingga dia sampai kepada jalan menuju makrifat kepada Allah swt, maka Ibnu Masyisy mumpuni dalam bidang ilmu juga mendapatkan puncak kezuhudan. Di antara guru-gurunya dalam bidang ilmu pengetahuan adalah Syeikh Ahmad yang di juluki (aqtharaan), dimakamkan di daerah Abraj dekat pintu Tazah. Di antara para gurunya dalam bidang tasawwuf (at-tarbiyah wa as-suluuk) Syeikh Abdurrahman bin Hasan al-’Aththar yang terkenal dengan az-Ziyyaat, dari beliau Ibnu Masyisy belajar tentang ilmu mua’amalah dengan masyarakat yang sumbernya berakhlak sesuai dengan akhlak Rasulullah saw, sehingga dari ilmu tersebut Ibnu Masyisy mendapatkan yang lebih banyak.

Peninggalan-peninggalan Syeikh Abdussalam bin Masyisy.
Barangkali, penyebab tidak terlalu banyak warisan peningalan Abdussalam bin Masyisy, meskipun kedududakannya tinggi yang nampak pada muridnya Abu al-Hasan as-Syaziliy, adalah sangat ketertutupan beliau dan tidak ingin di kenal oleh manusia, di antara do’anya “Ya Allah aku mohon kepada-Mu agar makhluk berpaling dariku sehingga tidak ada tempat kembali bagiku selain kepada-Mu“. Allah swt mengabulkan permohonan Syeikh Ibnu Masyisy tersebut dan karena sangat ketertutupannya itu sampai tidak ada yang mengenal beliau kecuali Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy yang sebuah thariqah dinisbahkan kepadanya. Adapun beberapa peninggalan ilmiyah Syeikh Ibnu Masyisy yang sampai kepada kita melalui muridnya Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy adalah sekumpulan nasehat yang mengagumkan dengan ungkapan yang bersih, jernih selaras dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, di antaranya adalah:

“Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy berkata: “Guruku mewasiatkan kepadaku dan dia berkata: ” Jangan kamu langkahkan kedua kakimu kecuali kamu hanya mengharap balasan dari Allah swt, janganlah kamu duduk kecuali kamu merasa aman dari maksiat kepada Allah swt dan jangan kamu berteman kecuali dia dapat menolongmu untuk ta’at kepada Allah swt“.

Dan Ibnu Masyisy berkata secara langsung kepada Abu al-Hasan as-Syaziliy: Senantiasalah kamu suci dari rasa ragu dan dari kotoran dunia, ketika kamu dalam keadaan kotor maka bersucilah, ketika kamu mulai cenderung kepada syahwat dunia maka perbaikilah dengan bertaubat, jangan sampai kamu dirusak dan ditipu hawa nafsu, maka dari itu senantiasalah kamu merasa dekat kepada Allah dengan penuh ketundukan dan ketulusan hati.

Salah satu bacaan penting yang sampai kepada kita dari Syeikh Abdussalam bin Masyisy adalah teks “shalawat Masyisyiah”, yaitu sebuah teks shalawat yang unik jika kata-katanya itu berbaur atau di ucapkan oleh ruh maka akan membuat pemilik ruh tersebut terasa melayang di udara dari keluhuran dan keindahan alam malakut. Dan teks tersebut merupakan titik perhatian para pensyarah. Banyak ulama yang ambil bagian dalam memberikan syarh (komentar) atas shalawat Masyisyiyah di antaranya: Imam Ahmad Ibn Ajibah, Syaikh Ahmad al-Shawiy al-Malikiy dan Syaikh Abdullah Ibn Muhammad al-Ghumariy.

Wafat Syaikh ibnu Masyisyi 

Barangkali sebab Ibnu Masyisy keluar dari khalwatnya menentang Ibnu Abi ath-Thawaajin al-Kattamiy yang mengaku sebagai nabi, beliau telah mempengaruhi sebagian orang pada masanya, dan melakukan perlawanan atas dia dan para pengikutnya dengan logika dan dalil-dalil syar’i baik ucapan dan perbuatan dengan serangan atau perlawanan yang keras, mereka memotivasi untuk melakukan tipu daya dan persekutuan untuk membunuhnya, maka ia mengutus sebuah kelompok kepada Syeikh itu untuk menjebak beliau sehingga beliau turun dari kholwatnya untuk berwudhu dan shalat subuh dan disanalah mereka membunuhnya pada tahun 622 H, Semoga Allah merahmati dengan rahmat yang luas, dan mengumpulkan kami bersama dengan beliau ditempat yang di senangi disisi Tuhan yang berkuasa. Washallallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi wasahbihi wa sallam taslimaa.

0 Response to "PROFIL SYAIKH IBNU MASYISYI RA, GURU SYAIKH ABU HASAN ASY-SYADZALI RA."

Post a Comment