TINGKATAN PARA WALI, JUMLAH DAN PANGKATNYA


WALI ALLAH
TINGKATAN, JUMLAH DAN PANGKAT WALI ALLAH

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Assholatu wassalu ala Rosulillahi shollallohu ‘alaihi wassalam wa ‘ala alihi wa ashabihi ajmain. Amma ba’du;


Karena didorong oleh rasa ke-ingin-tahuan dan penasaran tentang apa itu Wali Allah serta tingkatan-tingkatannya, berikut ini, akan kami paparkan penjelasannya secara komplit jumlah para wali dan macam-macam tingkatannya,  (tapi tidak sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt, semata)

1.        Al-Aqthob berasal dari kata Qothbun tunggal. Al-Quthub sendiri memiliki arti penghulu. Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa Al-Aqthab adalah derajat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang memiliki derajat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap waktunya. Seperti Abu Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity. Di antara mereka ada yang memiliki posisi di bidang pemerintahan, meskipun tingkatan taqarrubnya juga mencapai derajat tinggi, seperti para Khulafaur Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul Aziz dan Al Mutawakkil (periode zaman dinasti Abasiyah).

2.        Al-Aimmah berasal dari kata imam yang memiliki arti pemimpin. Setiap waktunya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai derajat Al Aimmah ini. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya tertuju ke alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertuju di alam malaikat saja.

3.        Al-Autad berasal dari kata Al-Watad yang memiliki arti pasak. Yang memperoleh derajat Al-Autad hanya ada empat orang saja setiap waktunya. Kami menemukan seorang di antara mereka dikota Faz di Moroko. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelosok bumi. hanya dengan ilmu seseorang bisa mengenali mereka.

4.        Al-Abdal berasal dari kata Badal yang memiliki arti menggantikan. Yang memperoleh derajat Al-Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap waktunya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah swt, untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini memiliki tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain. Abdul Majid Bin Salamah pernah bertemu pada seorang wali Abdal yang bernama Muadz Bin Asyrosh. Ia bertanya “Praktek apa yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal?” Jawab Mu’adz Bin Asyrosh: “Para wali Abdal mendapatkan derajat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.

5.        An-Nuqaba’ berasal dari kata Naqib yang memiliki arti kepala kaum. Jumlah wali Nuqaba’ dalam setiap waktunya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba’ diberi karomah dengan mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal tentang karakter dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah.

6.        An-Nujaba’ berasal dari kata Najib yang artinya bangsa yang mulia. Wali Nujaba’ pada umumnya mereka selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang banyak. Kebanyakan para wali pada tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahwa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi derajatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih dari delapan orang.

7.        Al-Hawariyun berasal dari kata Hawariy yang memiliki arti penolong. Jumlah wali Hawariyun ini hanya ada satu orang saja di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariyun meninggal, maka kedudukannya akan di gantikan orang lain. Di zaman Nabi Muhammad saw, hanya sahabat Zubair bin Awwam saja yang mendapatkan derajat wali Hawariyun ini, seperti yang disabdakan Nabi Muhammad saw,: “Setiap Nabi memiliki Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”. Meskipun pada waktu itu Nabi Muhammad saw, memiliki cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi beliau Rasulullah saw, bersabda demikian, karena beliau tahu hanya Zubair saja yang meraih derajat wali Hawariy. Kelebihan dari seorang wali Hawariy biasanya ia merupakan orang yang berani dan pandai berhujjah.

8.        Ar-Rajbiyun berasal dari kata Rajaba. Wali Rajbiyun itu adanya hanya di bulan Rajab saja. Mulai awal hingga akhir bulan Rojab. Selanjutnya kondisi mereka kembali normal seperti semula. Setiap waktu, jumlah mereka hanya ada empat puluh orang saja. Para wali Rajbiyun ini terpecah di berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang saling mengenal, tapi kebanyakan tidak mengenal. Pada umumnya, di bulan Rajab, sejak awal harinya, para wali Rajbiyun menderita sakit, sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, mereka senantiasa mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian mereka memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya bertahan di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka kembali seperti semula. Disebutkan bahwa ada sebagian orang dari Wali Rajbiyun yang dapat melihat hati orang-orang Syi’ah melalui kasyaf. Ada dua orang Syi’ah yang mengaku sebagai Ahlu Sunnah dihadapan seorang wali Rajbiyun. Lalu keduanya diusir, karena wali Rajbiyun itu melihat keduanya berparas seperti dua ekor babi, sebab keduanya membenci Abu Bakar, Umar dan sahabat-sahabat lain. Keduanya hanya mencintai Ali dan sejumlah sahabatnya. Ketika keduanya bertanya padanya, maka si wali tersebut berkata: “Aku lihat kamu berdua berparas seperti dua ekor babi, karena kamu menganut mazhab Syi’ah dan membenci para sahabat Nabi saw”. Ketika berita itu disadari kebenarannya oleh keduanya, maka keduanya mengaku benar dan cepat memohon ampun kepada Allah.

9.        Al-Khatamiyun berasal dari kata Khatama yang memiliki arti penutupatau penghabisan. Maksud dari derajat Al Khatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada derajat kewalian umat Muhammad saw, yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, yaitu ketika Nabi Isa as, datang kembali.
Nabi Muhammad saw, bersabda: “Mereka berhati seperti hati Adam as”. Mereka diberi penghargaan tersendiri oleh Allah. Syeikh Muhyidin berkata: “Jumlah wali jenis ini bukan hanya tiga ratus orang saja dikalangan
umatnya, tetapi ada juga kalangan umat-umat lain”. Tentang keberadaan mereka hanya dapat diketahui secara kasyaf. Setiap waktunya dunia tidak pernah kosong dari keberadaan mereka. Mereka memiliki budi pekerti Ilahi, mereka sangat dekat disisi Allah. Doa mereka selalu diterima oleh Allah. Mereka senang dengan doa:


رَبـَّــنَا ظَلَمْــنَا أَنـْـفُسَنَا وَإنْ لَمْ نَـغْــفِـرْلَنَا وَتَــرْحَمْنَا لَـــنَكُوْنَـنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ


Yang artinya : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami suka menganiaya diri kami. Jika Engkau tidak berkenan memberi ampunan dan kasih sayang kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang rugi“.

Di antara mereka ada pula yang berhati seperti hati Nuh as. Jumlah mereka hanya empat puluh orang di setiap zamannya. Mereka suka berdoa, seperti doanya Nabi Nuh as, yang artinya: “Tuhan, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan siapa saja dari orang beriman, lelaki atau wanita yang masuk ke dalam rumahku dan jangan Engkau tambahkan bagi orang-orang yang berbuat aniaya kecuali kebinasaan” .

Tingkatan wali dari jenis ini sulit diraih oleh sembarang orang, sebab fitur khusus mereka sangat keras dalam menegakkan agama, seperti sifat Nabi Nuh as. Mereka selalu memperhatikan sabda Nabi saw yang artinya: “Barangsiapa yang beribadah selama empat puluh hari dengan penuh ikhlas, maka akan terpancar ilmu hakikat dari lubuk hatinya ke lidahnya”.

Di antaranya pula ada yang berhati seperti hatinya Nabi Ibrahim as. Jumlah wali jenis ini hanya ada tujuh orang dalam setiap zamamnya. Rasulullah saw, pernah menceritakan tentang mereka dalam salah satu sabdanya, yang artinya: “Tuhanku, berikan kepadaku kebijaksanaan, dan ikutkan aku ke orang-orang saleh”. Mereka diberi keistimewaan yang luar biasa. Hati mereka dibersihkan dari rasa ragu, rasa dengki dan rasa buruk sangka terhadap Khalik (Pencipta) maupun makhluk (yang diciptakan). Mereka selalu dilindungi dari segala perbuatan buruk. Syeikh Muhyiddin Imam Ghazali mengatakan: “Aku pernah menemui salah seorang dari jenis wali tersebut, aku kagum dengan kemuliaan budi pekertinya, luas pengetahuannya dan kesucian hatinya, sampai aku beranggapan bahwa kesenangan surga telah dipercepat baginya”.

Di antaranya pula ada yang diberi hati seperti hati Nabi Daud. Jumlah mereka di setiap waktunya hanya terbatas beberapa orang saja. Mereka diberi berbagai keistimewaan, posisi tinggi di dunia dan ketebalan iman.

Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Jibril. Jumlah wali jenis ini hanya ada lima orang saja dalam setiap zamannya. Rasulullah saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka diberi kekuatan seperti yang diberikan kepada malaikat Jibril yang amat kuat. Di hari kiamat, mereka akan dikumpulkan dengan malaikat Jibril. Dan malaikat Jibril senantiasa membantu rohani mereka, sehingga mereka selalu terpimpin.

Diantaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Mikail as. Jumlah mereka hanya ada tiga orang saja dalam setiap waktunya. Keistimewaan
mereka suka berlemah-lembut terhadap semua orang, dan mereka diberi kekuatan seperti Malaikat Mikail.

Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Israfil. Jumlah mereka hanya ada satu orang saja dalam setiap zamannnya. Nabi saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Konon, Syeikh Abu Yazid Al Bustami termasuk salah seorang dari jenis wali ini. Termasuk juga Nabi Isa as. Syeikh Al Muhyiddin mengatakan: “Diantara tokoh-tokoh sufi ada yang diberi hati seperti hati Yesus (bahasa Ibrani dari Isa), posisi mereka sangat tinggi di sisi Allah”.

10.     Di antaranya pula ada yang diberi pangkat Rijalul Ghaib atau manusia-manusia misterius. Jumlah wali jenis ini hanya sepuluh orang di setiap masanya. Mereka orang-orang yang selalu khusyu’, Mereka tidak berbicara kecuali dengan perlahan atau berbisik, karena mereka merasa bahwa Allah selalu mengawasi mereka. Mereka sangat misterius, sehingga keberadaan mereka tidak banyak dikenal kecuali oleh ahlinya. Mereka selalu rendah hati, malu dan mereka tidak banyak mementingkan kesenangan dunia. Bisa dikata segala tindak tanduk mereka selalu misteri.

Di antaranya pula ada yang selalu menegakkan agama Allah. Jumlah mereka hanya delapan belas orang di setiap masanya. Fitur khusus mereka adalah selalu menegakkan hukum-hukum Allah. Dan mereka bersikap keras terhadap segala penyimpangan. Syeikh Abu Madyan termasuk salah seorang di antara mereka. Ia berkata kepada murid-muridnya: “Tampilkan ke manusia tanda ridho kamu sebagaimana kamu menampilkan rasa ketidaksenangan kamu, dan perlihatkan kepada manusia segala nikmat yang diberikan Allah, baik yang zahiriyah maupun batiniyah seperti yang dianjurkan Allah dalam firman-Nya berikut:
وَأَمَّـا بِـنِعْمَتِ رَبِّــك فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaknya engkau menyebut-nyebutnya sebagai tanda bersyukur”

11.     Di antaranya pula ada wali yang dikenal dengan nama Rijalul Quwwatul Ilahiyah artinya orang-orang yang diberi kekuatan oleh Tuhan. Jumlah mereka hanya delapan orang saja di setiap zamannya. Wali jenis ini memiliki keistimewaan, yaitu sangat tegas terhadap orang-orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka menghargai agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di kota Fez ada seorang yang bernama Abu Abdullah Ad-Daqqaq. Ia dikenal sebagai seorang wali dari jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah. Di antaranya pula ada jenis wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang disetiap zamannya. Meskipun karakter mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.

12.     Di antaranya pula ada jenis wali yang dikenal dengan nama Rijalul Hanani Wal Athfil Illahi artinya mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah. Jumlah mereka hanya ada lima belas orang di setiap zamannya. Mereka selalu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir maupun yang mukmin. Mereka melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, karena hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang penuh rahmat.

13.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Haibah Wal Jalali. Jumlah mereka hanya empat orang di setiap masanya. Jenis wali tingkatan ini dikenal sebagai orang-orang yang hebat dan mengagumkan, meskipun sifat mereka lemah lembut, tetapi orang-orang yang menemukan mereka akan tunduk. Mereka tidak dikenal di bumi, tapi mereka adalah orang-orang yang dikenal di langit. Di antara mereka ada yang memiliki hati seperti Nabi Muhammad saw, ada pula yang memiliki hati seperti Syuaib as, Nabi Saleh as.

14.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Fat’hi. Artinya rahasia-rahasia Allah selalu terbuka untuk mereka. Jumlah mereka hanya ada 24 orang di setiap masanya. Meskipun demikian, mereka tidak pernah berkumpul di satu tempat dalam jumlah sebanyak itu. Adanya mereka menyebabkan terbukanya pintu-pintu pengetahuan, baik yang nyata maupun yang rahasia.

15.     Di antaranya pula ada yang termasuk dalam kelompok Rijalul Ma‘arij Al Ula. Jumlah mereka hanya tujuh orang di setiap masanya. Mereka termasuk wali-wali tingkatan tinggi, hampir setiap saatnya mereka naik ke alam malakut, mereka adalah orang-orang pilihan.

16.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalu Tahtil Ashfal, yaitu mereka yang berada di alam terbawah di bumi. Jumlah mereka tidak lebih dari 21 orang di setiap masanya. Fitur khusus wali ini, hati mereka selalu hadir di depan Allah.

17.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kauni, yaitu mereka yang selalu mendapat karunia Ilahi. Jumlah mereka tidak lebih dari tiga orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat pertolongan Allah untuk menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia.

18.     Di antaranya pula ada yang termasuk Ilahiyun Rahmaniyun, yaitu manusia-manusia yang diberi rasa kasih sayang yang luar biasa. Jumlah mereka ini hanya tiga orang di setiap masanya. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Favorit mereka suka mempelajari firman-firman Allah.

19.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Istithaalah, yaitu manusia-manusia yang selalu mendapat pertolongan Allah. Jumlah mereka hanya seorang dalam setiap waktunya. Yang termasuk kelompok ini adalah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Mereka selalu menolong manusia dan mereka sangat ditakuti.

20.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Ghina Billah, yaitu orang-orang yang tidak membutuhkan kepada manusia sedikit pun. Jumlah mereka hanya dua orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat siraman rohani dari alam malakut, sehingga kelompok ini tidak membutuhkan kepada bantuan siapa pun, selain bantuan Allah.

21.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalu Ainut Tahkim Waz Zawaid. Jumlah mereka hanya sepuluh orang di setiap zamannya. Mereka senantiasa meningkatkan keyakinannya terhadap masalah-masalah yang gaib. Seluruh hidup mereka terlihat aktif di semua aktivitas ibadah.

22.     Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Isytiqaq, yaitu mereka yang selalu rindu kepada Allah. Jumlah mereka hanya lima orang di setiap zamannya. Favorit mereka hanya memperbanyak shalat baik di siang hari Maupun di malam hari.

23.     Di antaranya, ada yang termasuk Al Mulamatiyah. Mereka tergolong dari wali derajat yang tinggi, pimpinan tertingginya adalah Nabi Muhammad saw. Mereka sangat berhati-hati dalam melaksanakan syariat Islam. Segala sesuatu mereka tempatkan di tempatnya yang tepat. Tindak tanduk mereka selalu didasari rasa takut dan hormat kepada Allah. Tentu saja keberadaan mereka sangat diperlukan, meskipun mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat, tetapi ada kalanya pula jumlah mereka berkurang.

24.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al fuqara’. Jumlah mereka ada kalanya meningkat dan ada kalanya berkurang. Fitur khusus mereka ini selalu merendahkan diri. Mereka merasa rendah di hadapan Allah.

25.     Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam kelompok As Sufiyyah. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya tumbuh dan terkadang pula berkurang. Mereka dikenal sebagai wali yang sangat luhur budi pekertinya. Mereka selalu menghias diri mereka dengan kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan ketinggian budi pekerti mereka.

26.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Ibaad. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang suka beribadah. Baginya ibadah merupakan kegiatan mereka sehari-hari, mereka suka mengasingkan diri di gunung-gunung, di lembah-lembah dan di pantai-pantai. Di antara mereka ada yang mau bekerja, tetapi kebanyakan dari mereka meninggalkan semua kegiatan duniawi. Puasa sepanjang masa dan beribadah di malam hari merupakan syiar mereka. Sebab, menurut mereka dunia ini adalah tempat untuk menyuburkan amal-amal di akhirat. Abu Muslim Al Khaulani adalah di antara wali tingkatan ini. Biasanya jika ia merasa letih ketika beribadah di malam hari, maka ia memukul kedua kakinya seraya berkata: “Kamu berdua lebih cepat dipukul dari binatang ternakanku”.

27.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Az Zuhaad. Mereka termasuk orang-orang yang suka meninggalkan kesenangan duniawi. Mereka memiliki harta, tetapi mereka tidak pernah menikmatinya, sebab, seluruh hartanya mereka nafkahkan pada jalan Allah. Disebutkan bahwa Syeikh Abdullah At Tunisi, seorang ahli ibadah di masanya, ia dikenal sebagai salah seorang wali Az Zuhad. Pada suatu hari, penguasa kota Tilmasan menghampiri tempat Syeikh Abdullah seraya berkata kepadanya: “Wahai Syeikh Abdullah, apakah aku bisa shalat dengan pakaian kebesaranku ini?” Mendengar pertanyaan itu, Syeikh Abdullah tertawa. Tanya si penguasa: “Mengapa engkau tertawa, wahai Syeikh? Jawab Syeikh Abdullah: “Aku tertawa karena lucunya pertanyaanmu tadi, sebab mengapa engkau bertanya kepadaku seperti itu, padahal pakaianmu dan makananmu dari harta yang haram?” Mendengar jawaban Syaikh Abdullah seperti itu, maka si penguasa menangis dan menyatakan taubatnya kepada Syaikh, selanjutnya ia meninggalkan kekuasaannya demi untuk mengabdikan diri kepada Syeikh Abdullah, sehingga beliau berkata: “Mintalah doa kepada Yahya Bin Yafan, sesungguhnya ia adalah seorang penguasa dan seorang anggota zuhud, andaikata aku diuji sepertinya, mungkin aku tidak dapat melaksanakannya”.

28.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Rijalul Maa’i. Mereka adalah para wali yang senantiasa beribadah di pinggir-pinggir laut dan sungai. Mereka tidak banyak dikenal, karena mereka suka mengasingkan diri. Disebutkan, bahwa Syeikh Abu Saud Asy Syibly pernah berada di pinggir sungai Dajlah di Baghdad. Ketika hatinya bergerak: “Apakah ada di antara hamba-hamba Allah yang beribadah di dalam air?” Tiba-tiba ada seorang yang muncul dari dalam air seraya berkata: “Ada, wahai Abu Saud. Di antara hamba-hamba Allah ada juga yang beribadah di dalam air dan aku termasuk di antara mereka. Aku berasal dari negeri Takrit, aku sengaja keluar, karena beberapa hari mendatang akan terjadi musibah di negeri Baghdad “. Kemudian ia menghilang ke dalam air. Kata Abu Saud: “Ternyata tidak lebih dari lima belas hari musibah memang terjadi.”

29.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al afrad. Mereka termasuk wali-wali berkedudukan tinggi. Di antara mereka adalah Syeikh Muhammad Al Awani, sahabat karib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Mereka ini jarang dikenal manusia publik, karena posisi mereka terlalu tinggi. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat dan ada kalanya pula berkurang.

30.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Umana’ artinya orang-orang yang dapat diberikan kepercayaan. Di antara mereka adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, seperti yang disebutkan oleh Nabi saw: “Abu Ubaidah adalah orang yang paling dapat dipercaya di antara umat ini”. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka jarang dikenal manusia, karena mereka tidak pernah menonjol ditengah masyarakat.

31.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Qurra’. Mereka anggota membaca Al Quran. Menurut sebuah hadits, wali-wali ini termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah, karena mereka anggota Al Quran. Dan mereka harus dimuliakan. Syeikh Sahal Bin Abdullah At Tusturi termasuk diantara mereka.

32.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Ahbab, yaitu orang-orang yang dikasihi. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat, adakalanya pula berkurang. Mereka mencapai tingkatan ini disebabkan mereka melakukan segala ibadah dan takarrub karena cinta kepada Allah. Ibadah yang didasari cinta, lebih baik dari ibadah yang berharap pahala dan surga. Maka sebagai imbalan baik untuk mereka, mereka mendapat kasih sayang Allah yang luar biasa.

33.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Muhaddatsun, yaitu orang-orang yang selalu diberi ilham oleh Allah. Menurut hadits Nabi, ada sebagian dari umatku yang diberi ilham dari Allah. Maka Umar Bin Al Khattab termasuk salah satu dari mereka. Para wali yang tergolong dalam kaum ini senantiasa mendapat bisikan-bisikan rohani dari penduduk alam malakut, misalnya dari Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, sebab rohani mereka sudah dapat menembus alam arwah atau alam malakut.

34.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Akhilla’. Mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebab segala ibadah yang mereka lakukan selalu didasari cinta kepada Allah. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat dan adakalanya berkurang.

35.     Di antaranya, ada pula yang termasuk As Samra’. Artinya orang yang berkulit hitam manis. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka termasuk orang-orang yang senantiasa berdialog dengan Allah, sebab hati mereka selalu dipenuhi rasa ketuhanan yang tiada taranya.

36.     Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Wirotsah, yaitu mereka yang mendapat warisan dari Allah. Mereka adalah para ulama, pewaris para Nabi. Kelompok ini termasuk orang-orang yang gemar beribadah sampai melebihi dari batas kemampuannya. Mereka suka mengasingkan diri di tempat-tempat terpencil demi untuk memenuhi kecintaannya kepada Allah.


PANGKAT WALI ALLAH

1.        Quthub Atau Ghauts (1 abad 1 Orang) Al Aqthob berasal dari kata Al Quthub yang artinya penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al Aqtab adalah pangkat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang memiliki pangkat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap waktunya.

2.        Aimmah (1 Abad 2 orang) Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang memiliki arti pemimpin. Setiap waktunya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai pangkat Al Aimmah. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya tertuju ke alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertuju di alam malaikat saja.

3.        Autad (1 Abad 4 Orang di 4 penjuru Mata Angin) Al Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang memiliki arti pasak. Yang memperoleh pangkat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap waktunya. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelosok bumi

4.        Abdal (1 Abad 7 Orang tidak akan bertambah & berkurang Bila ada wali Abdal yg Wafat Alloh menggantinya dengan mengangkat Wali abdal Yg Lain (Abdal = Pengganti) Wali Abdal juga ada yang Waliyahnya (Wanita).
Al Abdal berasal dari kata Badal yang memiliki arti menggantikan. Yang memperoleh pangkat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap waktunya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini memiliki tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain. Ada seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, praktek apa yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Mu’adz Bin Asyrash: “Para wali Abdal mendapatkan derajat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.

5.        Nuqoba ‘(Naqib) (1 Abad 12 orang di wakilkan Alloh Masing2 pada setiap Bulan). An Nuqaba ‘berasal dari kata tunggal Naqib yang memiliki arti kepala kaum. Jumlah wali Nuqaba ‘dalam setiap waktunya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba ‘itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal tentang karakter dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau anggota jejak dari Mesir mampu mengungkap rahasia seorang setelah melihat bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahasia seseorang kepada seorang waliNya?

6.        Nujaba’ (1 Abad 8 Orang) An Nujaba ‘berasal dari kata tunggal Najib yang memiliki arti bangsa yang mulia. Wali Nujaba ‘pada umumnya selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang banyak. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahwa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi derajatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih dari delapan orang.

7.        Hawariyyun (1 Abad 1 Orang) Wali Hawariyyun di beri kelebihan Oleh Alloh dalam hal keberanian, Pedang (Zihad) di dalam menegakkan Agama Islam Di muka bumi. Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang memiliki arti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya ada satu orang saja di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan diganti orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair bin Awwam saja yang mendapatkan derajat wali Hawariy seperti yang dikatakan oleh Rasululloh: “Setiap Nabi memiliki Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam “. Meskipun pada waktu itu Nabi memiliki cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Karena beliau tahu hanya Zubair saja yang meraih pangkat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai berhujjah.

8.        Rojabiyyun (1 Abad 40 Orang Yg tidak akan bertambah & Berkurang Bila ada salah satu Wali Rojabiyyun yg meninggal Alloh kembali mengangkat Wali rojabiyyun yg lainnya, Dan Alloh mengangkatnya menjadi wali Khusus di bulan Rajab dari Awal bulan sampai Akhir Bulan oleh karena itu Namanya Rojabiyyun. Ar Rajbiyun berasal dari kata tunggal Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya di bulan Rajab saja. Mulai awal Rajab hingga akhir bulan mereka itu ada. Selanjutnya kondisi mereka kembali normal seperti semula. Setiap waktu, jumlah mereka hanya ada empat puluh orang saja. Para wali Rajbiyun ini terbagi di berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang saling mengenal dan ada yang tidak saling mengenal.
Pada umumnya, di bulan Rajab, sejak awal harinya, para wali Rajbiyun menderita sakit, sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, mereka senantiasa mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian mereka memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya bertahan di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka kembali seperti semula.

9.        Khotam (penutup Wali) (1 Alam dunia hanya 1 orang) Yaitu Isa AS ketika turun kembali ke dunia Alloh Angkat menjadi Wali Khotam (Penutup).
Al Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang memiliki arti penutup atau penghabisan. Maksudnya pangkat AlKhatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada pangkat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, yaitu ketika Nabi Isa as.datang kembali.

10.     Qolbu Adam A.S (1 Abad 300 orang)

11.     Qolbu Nuh A.S (1 Abad 40 Orang)

12.     Qolbu Ibrohim A.S (1 Abad 7 Orang)

13.     Qolbu Jibril A.S (1 Abad 5 Orang

14.     Qolbu Mikail AS (1 Abad 3 Orang tidak kurang dan tidak lebih Alloh selau mengangkat wali lainnya Bila ada salah satu dari Wali qolbu Mikail Yg Wafat)
15.Qolbu Isrofil A.S (1 Abad 1 Orang)
16. Rizalul ‘Alamul Anfas (1 Abad 313 Orang)
17. Rizalul Ghoib (1 Abad 10 orang tidak bertambah dan berkurang)
tiap2 Wali Rizalul Ghoib ada yg Wafat seketika juga Alloh mengangkat Wali Rizalul Ghoib Yg lain, Wali Rizalul Ghoib adalah Wali yang di sembunyikan oleh Alloh dari penglihatannya Makhluq2 Bumi dan Langit tiap2 wali Rizalul Ghoib tidak dapat mengetahui Wali Rizalul Ghoib yang lainnya, dan ada juga Wali dengan pangkat Rijalul Ghoib dari kaum Jin Mu’min, Semua Wali Rizalul Ghoib tidak mengambil sesuatu dari Rizqi Alam nyata ini tetapi mereka mengambil atau menggunakan Rizqi dari Alam Ghaib.
18. Adz-Dzohirun (1 Abad 18 orang)
19. Rizalul Quwwatul Ilahiyyah (1 Abad 8 Orang)
Di antaranya pula ada wali yang dikenal dengan nama Rijalul Quwwatul Ilahiyah artinya orang-orang yang diberi kekuatan oleh Tuhan. Jumlah mereka hanya delapan orang saja di setiap zaman. Wali jenis ini memiliki keistimewaan, yaitu sangat tegas terhadap orang-orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka mengecilkan agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di kota Fez ada seorang yang bernama Abu Abdullah Ad Daqqaq. Ia dikenal sebagai seorang wali dari jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah. Di antaranya pula ada jenis wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang disetiap zaman. Meskipun karakter mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.
20. Khomsatur Rizal (1 Abad 5 orang)
21. Rizalul Hanan ( 1 Abad 15 Orang )
Ada jenis wali yang dikenal dengan nama Rijalul Hanani Wal Athfil Illahi artinya mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah. Jumlah mereka hanya ada lima belas orang di setiap zamannya. Mereka selalu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir maupun yang mukmin. Mereka melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, kerana hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang penuh rahmat.
22. Rizalul Haybati Wal Jalal ( 1 Abad 4 Orang )
23. Rizalul Fath ( 1 Abad 24 Orang ) Alloh mewakilkannya di tiap Sa’ah ( Jam ) Wali Rizalul Fath tersebar di seluruh Dunia 2 Orang di Yaman, 6 orang di Negara Barat, 4 orang di negara timur, dan sisanya di semua Jihat ( Arah Mata Angin )
23. Rizalul Ma’arijil ‘Ula ( 1 Abad 7 Orang )
24. Rizalut Tahtil Asfal ( 1 Abad 21 orang )
25. Rizalul Imdad ( 1 Abad 3 Orang )
Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kauni, yaitu mereka yang selalu mendapat kurniaan Ilahi. Jumlah mereka tidak lebih dari tiga orang di setiap abad. Mereka selalu mendapat pertolongan Allah untuk menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia. Adanya mereka menunjukkan berpanjangannya kasih sayang Allah kepada makhlukNya.
26. Ilahiyyun Ruhamaniyyun ( 1 Abad 3 Orang ) Pangkat ini menyerupai Pangkatnya Wali Abdal
Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Ilahiyun Rahmaniyyun, yaitu manusia-manusia yang diberi rasa kasih sayang yang luar biasa. Jumlah mereka ini hanya tiga orang di setiap masa. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Kegemaran mereka suka mengkaji firman-firman Allah.
27. Rozulun Wahidun ( 1 Abad 1 Orang )
28. Rozulun Wahidun Markabun Mumtaz ( 1 Abad 1 Orang )
Wali dengan Maqom Rozulun Wahidun Markab ini di lahirkan antara Manusia dan Golongan Ruhanny( Bukan Murni Manusia ), Beliau tidak mengetahui Siapa Ayahnya dari golongan Manusia , Wali dengan Pangkat ini Tubuhnya terdiri dari 2 jenis yg berbeda, Pangkat Wali ini ada juga yang menyebut ” Rozulun Barzakh ” Ibunya Dari Wali Pangkat ini dari Golongan Ruhanny Air INNALLOHA ‘ALA KULLI SAY IN QODIRUN ” Sesungguhnya Alloh S.W.T atas segala sesuatu Kuasa.
29. Syakhsun Ghorib ( di dunia hanya ada 1 orang )
30. Saqit Arofrof Ibni Saqitil ‘Arsy ( 1 Abad 1 Orang )
31. Rizalul Ghina ( 1 Abad 2 Orang )
sesuai Nama Maqomnya ( Pangkatnya ) Rizalul Ghina ” Wali ini Sangat kaya baik kaya Ilmu Agama, Kaya Ma’rifatnya kepada Alloh maupun Kaya Harta yg di jalankan di jalan Alloh, Pangkat Wali ini juga ada Waliahnya ( Wanita ).
31. Syakhsun Wahidun ( 1 Abad 1 Orang )
32. Rizalun Ainit Tahkimi waz Zawaid ( 1 Abad 10 Orang )
33. Budala’ ( 1 Abad 12 orang )
Budala’ Jama’ nya ( Jama’ Sigoh Muntahal Jumu’) dari Abdal tapi bukan Pangkat Wali Abdal
34. Rizalul Istiyaq ( 1 Abad 5 Orang )
35. Sittata Anfas ( 1 Abad 6 Orang )
salah satu wali dari pangkat ini adalah Putranya Raja Harun Ar-Royid yaitu Syeikh Al-’Alim Al-’Allamah Ahmad As-Sibty
36. Rizalul Ma’ ( 1 Abad 124 Orang )
Wali dengan Pangkat Ini beribadahnya di dalam Air di riwayatkan oleh Syeikh Abi Su’ud Ibni Syabil ” Pada suatu ketika aku berada di pinggir sungai tikrit di Bagdad dan aku termenung dan terbersit dalam hatiku “Apakah ada hamba2 Alloh yang beribadah di sungai2 atau di Lautan” Belum sampai perkataan hatiku tiba2 dari dalam sungai muncullah seseorang yang berkata “akulah salah satu hamba Alloh yang di tugaskan untuk beribadah di dalam Air”, Maka akupun mengucapkan salam padanya lalu Dia pun membalas salam aku tiba2 orang tersebut hilang dari pandanganku.
37. Dakhilul Hizab ( 1 Abad 4 Orang )
Wali dengan Pangkat Dakhilul Hizab sesuai nama Pangkatnya , Wali ini tidak dapat di ketahui Kewaliannya oleh para wali yg lain sekalipun sekelas Qutbil Aqtob Seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani, Karena Wali ini ada di dalam Hizab nya Alloh, Namanya tidak tertera di Lauhil Mahfudz sebagai barisan para Aulia, Namun Nur Ilahiyyahnya dapat terlihat oleh para Aulia Seperti di riwayatkan dalam kitab Nitajul Arwah bahwa suatu ketika Syeikh Abdul Qodir Jailani Melaksanakan Towaf di Baitulloh Mekkah Mukarromah tiba2 Syeikh melihat seorang wanita dengan Nur Ilahiyyahnya yang begitu terang benderang sehingga Syeikh Abdul qodir Al-Jailani Mukasyafah ke Lauhil Mahfudz dilihat di lauhil mahfudz nama Wanita ini tidak ada di barisan para Wali2 Alloh, Lalu Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani bermunajat kepada Alloh untuk mengetahui siapa Wanita ini dan apa yang menjadi Amalnya sehingga Nur Ilahiyyahnya terpancar begitu dahsyat , Kemudian Alloh memerintahkan Malaikat Jibril A.S untuk memberitahukan kepada Syeikh bahwa wanita tersebut adalah seorang Waliyyah dengan Maqom/ Pangkat Dakhilul Hizab ” Berada di Dalam Hizabnya Alloh “, Kisah ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa Ber Husnudzon ( Berbaik Sangka ) kepada semua Makhluq nya Alloh, Sebetulnya Masih ada lagi Maqom2 Para Aulia yang tidak diketahui oleh kita, Karena Alloh S.W.T menurunkan para Aulia di bumi ini dalam 1 Abad 124000 Orang, yang mempunyai tugasnya Masing2 sesuai Pangkatnya atau Maqomnya.
Firman Allah dalam Surat Al-Imron ayat 169:
“LA TAHSABANNAL LADZI QUTILUU FI SABILILLAHI AMWATAN, BAL AHYAUN INDA ROBBIHIM YURZAQUNA ”
Terjemahnya sebagai berikut:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang2 yang gugur di jalan Alloh itu ‘MATI’ bahkan mereka itu ‘HIDUP’ di sisi tuhannya dengan mendapat rezqi”.
HIDUP Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat keni’matan2 di sisi Alloh, Dan hanya Alloh sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan HIDUP nya itu.
JUMLAH WALI MENURUT SYEKH MAHYUDDIN IBNU ARABI
Menurut Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi jumlah dan jenis kewalian ([1]) itu berjumlah 589 jenis kewalian. Sebagaimana keterangannya berikut ini;
المجموع من الأوليآء الذين ذكرنا أعدادهم فى أول هذا الباب ومبلغ ذلك خمسمائة نفس وتسعة وثمانون نفسا ( 589) منهم واحد لايكون فى كل زمان وهو الختم المحمدى وما بقى فهم فى كل زمان لاينقصون ولا يزيدون . وأما الختم فهذا زمانه وقد رأيناه وعرفناه تمم الله سعادته علمته بفاس سنة خمس وتسعين وخمسمائة (595) ([2])
Artinya;
Keseluruhan dari wali-wali Allah yang kami sebutkan jumlahnya pada awal bab mencapai 589 jenis. Satu diantara mereka yang tidak pada setiap zaman, yaitu AL KHATMUL MUHAMMADY. Dan adapun selebihnya mereka itu ada disetiap masa tidak berkurang dan tidak bertambah.
Maka adapun wali al Khatmi itu maka sekaranglah zamannya. Dan sesungguhnya kami telah mengenalnya (maka) Allah sempurnakanlah akan kebahagiaannya, aku mengenalnya dinegeri Fas pada tahun 595 H .
Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi dalam karya besarnya (Futuhatul Makiah) menyebutkan jumlah / jenis kewalian itu mencapai 589 jenis kewalian. Dari jumlah tersebut, yang termasuk dalam kategori wali terbesar adalah;
1. Wali Quthub,
2. Al-Aimmah,
3. Al-Autad,
4. Al-Abdal, Wali-wali yang memegang wilayah
5. An-Nuqaba,
6. An-Nujaba,
7. Al-Umana,
8. Al-Hawariyyun,
9. Ar-Rajabiyyun,
10. Rijalul-Ghaib
11. Rijalul-fath,
12. Rijalul- ‘Ula,
13. Rijalul-Imdad,
14. Rijalul-Ma,
15. Rahmaniyyun,
16. Az-Zuhhad,
17. Al-Qurra,
18. Al-Ahbab,
19. Al-Muhaddatsun,
20. Al-Akhilla,
21. As-Samra,
22. Al-Waratsah,
23. Dan lain-lain
Kesemua wali-wali tersebut di atas dijelaskan dengan rinci oleh Syekh Yusuf An-Nabhany dalam kitabnya yang berjudul;
(
جامع كرمات الأوليآء)
yang materi pembicaraannya khusus mengenai para wali-wali dan segala macam jenis-jenisnya. Dari sekian banyak jumlah wali-wali tersebut diatas, ada satu wali yang tidak bertambah, yaitu (jenis) wali Khatmul Muhammady (Wali Khatmi). Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi mengaku sudah mengetahui tanda-tanda Wali Khatmi ini sebagaimana pengakuannya berikut ini;
ورأيت العلامة التى له قد أخفاها الحق فيه عن عيون عباده وكشفها الى بمدينة فاس حتى رأيت خاتم الولاية منه ([3])
Dan aku melihat tanda-tanda yang Allah sembunyikan pada dirinya dari pandangan (kasyaf) kebanyakan hamba-hamba-Nya, dan Allah berkenan membukakan (tabir ini) kepadaku dikota Fes Maroko sehingga aku melihat akan pangkat kewalian itu dari dirinya”.
Dalam pengakuannya tersebut, Syekh Mahyuddin Ibnu Arabi telah di bukakan oleh Allah tabir hijab (sewaktu di kota Fez Maroko) sehingga dia mengetahui akan figure dan tanda-tanda dari Khatmul Aulia itu yang tidak di ketahui oleh kebanyakan dari hamba-hamba Allah lainnya.
Kita patut bersyukur kepada Allah karena Dia telah memilih di antara sekian banyak hamba-Nya yang dianugerahi kasyaf seperti yang terjadi pada pribadi Ibnu Arabi sehingga dengan perantaraan (karangan)nya jualah kita dapat mengetahui akan gambaran Khatmul Aulia itu sebagaimana tersebut diatas.

Syaikh Abu Hasan Ali Hujwiri dalam kitabnya yang berjudul Kasyf Al-Mahjub, mengatakan bahwa wali Akhyar sebanyak 300 orang, wali Abdal sebanyak 40 orang, wali Abrar sebanyak 7 orang, wali Autad sebanyak 4 orang, wali Nuqaba sebanyak 3 orang dan wali Quthub atau Ghauts sebanyak 1 orang. Sedangkan menurut Syaikhul Akbar Muhyiddin ibnu `Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah membuat pembagian tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut:
1. Wali Quthub al-Aqthab atau Wali Quthub al-Ghauts
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.
2. Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bergelar Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bergelar Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.
3. Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kaabah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Hayyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdul Murid.
4. Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab al-Futuhatul Makkiyyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu (Muhyiddin ibnu ‘Arabi) mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.
Pada tahun 586 di Spanyol, Muhyiddin ibnu ‘Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Sahabat Muhyiddin ibnu ‘Arabi yang bernama Abdul Majid bin Salamah mengaku pernah juga bertemu Wali Abdal bernama Muâ’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.
5. Wali Nuqobaa
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqobaa melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.
6. Wali Nujabaa
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.
7. Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair ibnu Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.
8. Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.
Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara.
Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.
9. Wali Khatam
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammd saw.
Jumlah para Auliya yang berada dalam manzilah-manzilah ada 356 sosok, yang mereka itu ada dalam kalbu Adam, Nuh, Ibrahim, Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan ada 300, 40, 7, 5, 3 dan 1. Sehingga jumlah kerseluruhan 356 tokoh. Hal ini menurut kalangan Sufi karena adanya hadits yang menyebut demikian.
Sedangkan menurut Syaikh al-Akbar Muhyiddin ibnu ‘Arabi (menurut beliau muncul dari mukasyafah) maka jumlah keseluruhan Auliya yang telah disebut diatas, sampai berjumlah 589 orang. Diantara mereka ada satu orang yang tidak mesti muncul setiap zaman, yang disebut sebagai al-Khatamul Muhammadi, sedangkan yang lain senantiasa ada di setiap zaman tidak berkurang dan tidak bertambah. Al-Khatamul Muhammadi pada zaman ini (zaman Muhyiddin ibnu ‘Arabi), kami telah melihatnya dan mengenalnya (semoga Allah menyempurnakan kebahagiaannya), saya tahu ia ada di Fes (Marokko) tahun 595 H. Sementara yang disepakati kalangan Sufi, ada 6 lapisan para Auliya, yaitu para Wali: Ummahat, Aqthab, A’immah, Autad, Abdal, Nuqaba dan Nujaba.
Pada pertanyaan lain : Siapa yang berhak menyandang Khatamul Auliya sebagaimana gelar Khatamun Nubuwwah yang disandang oleh Nabi Muhammad saw?.
Ibnu Araby menjawab :
Al-Khatam itu ada dua: Allah menutup Kewalian (mutlak), dan Allah menutup Kewalian Muhammadiyah. Penutup Kewalian mutlak adalah Nabi Isa Alaihissalaam. Dia adalah Wali dengan Nubuwwah Mutlak, yang kelak turun di era ummat ini, dimana turunnya di akhir zaman, sebagai pewaris dan penutup, dimana tidak ada Wali dengan Nubuwwah Mutlak setelah itu. Ia disela oleh Nubuwwah Syari’at dan Nubuwwah Risalah. Sebagaimana Nabi Muhammad saw sebagai Penutup Kenabian, dimana tidak ada lagi Kenabian Syariat setelah itu, walau pun setelah itu masih turun seperti Nabi Isa, sebagai salah satu dari Ulul ‘Azmi dari para Rasul dan Nabi mulia. Maka turunnya Nabi Isa sebagai Wali dengan Nubuwwah mutlaknya, tetapi aturannya mengikuti aturan Nabi Muhammad saw, bergabung dengan para Wali dari ummat Nabi Muhammad lainnya. Ia termasuk golongan kita dan pemuka kita.
Pada mulanya, ada Nabi, yaitu Adam as. Dan akhirnya juga ada Nabi, yaitu Nabi Isa, sebagai Nabi Ikhtishah (kekhususan), sehingga Nabi Isa kekal di hari mahsyar ikut terhampar dalam dua hamparan mahsyar. Satu Mahsyar bersama kita, dan satu mahsyar bersama para Rasul dan para Nabi.
Adapun Penutup Kewalian Muhammadiyah, saat ini (zaman Muhyiddin ibnu ‘Arabi) ada pada seorang dari bangsa Arab yang memiliki kemuliaan sejati. Saya kenal di tahun 595 H. Saya melihat tanda rahasia yang diperlihatkan oleh Allah Ta’ala pada saya dari kenyataan ubudiyahnya, dan saya lihat itu di kota Fes, sehingga saya melihatnya sebagai Penutup Kewalian Muhammadiyah darinya. Dan Allah telah mengujinya dengan keingkaran berbagai kalangan padanya, mengenai hakikat Allah dalam sirr-nya.
Sebagaimana Allah menutup Nubuwwah Syariat dengan Nabi Muhammad SAW, begitu juga Allah menutup Kewalian Muhammadi, yang berhasil mewarisi Al-Muhammadiyah, bukan diwarisi dari para Nabi. Sebab para Wali itu ada yang mewarisi Ibrahim, Musa, dan Nabi Isa, maka mereka itu masih kita dapatkan setelah munculnya Khatamul Auliya’ Muhammadi, dan setelah itu tidak ada lagi Wali pada Kalbu Muhammad saw. Inilah arti dari Khatamul Wilayah al-Muhammadiyah. Sedangkan Khatamul Wilayah Umum, dimana tidak ada lagi Wali setelah itu, ada pada Nabi Isa Alaissalam. Dan kami menemukan sejumlah kalangan sebagai Wali pada Kalbu Nabi Isa As, dan sejumlah Wali yang berada dalam Kalbu para Rasul lainnya.
Dilain tempat, Ibnu ‘Arabi mengatakan bahwa dirinyalah yang menjadi Segel (Penutup) Kewalian Muhammad. Beberapa wali yang pernah mencapai derajat wali Quthub al-Aqthab (Quthub al-Ghaus) pada masanya :
·         Sayyid Hasan ibnu Ali ibnu Abi Thalib
·         Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz
·         Syaikh Yusuf al-Hamadani
·         Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
·         Syaikh Ahmad al-Rifa’i
·         Syaikh Abdus Salam ibnu Masyisy
·         Syaikh Ahmad Badawi
·         Syaikh Abu Hasan asy-Syazili
·         Syaikh Muhyiddin ibnu Arabi
·         Syaikh Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi
·         Syaikh Ibrahim Addusuqi
·         Syaikh Jalaluddin Rumi
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
Beliau pernah berkata Kakiku ada diatas kepala seluruh wali. Menurut Abdul Rahman Jami dalam kitabnya yang berjudul Nafahat Al-Uns, bahwa beberapa wali terkemuka diberbagai abad sungguh-sungguh meletakkan kepala mereka dibawah kaki Syaikh Abdul Qadir al-Jilani.
Syaikh Ahmad al-Rifa’i
Sewaktu beliau pergi Haji, ketika berziarah ke Maqam Nabi Muhammad Saw, maka nampak tangan dari dalam kubur Nabi bersalaman dengan beliau dan beliau pun terus mencium tangan Nabi SAW yang mulia itu. Kejadian itu dapat disaksikan oleh orang ramai yang juga berziarah ke Maqam Nabi Saw tersebut. Salah seorang muridnya berkata :
“Ya Sayyidi! Tuan Guru adalah Quthub”. Jawabnya; “Sucikan olehmu syak mu daripada Quthubiyah”. Kata murid: “Tuan Guru adalah Ghaus!”. Jawabnya: “Sucikan syakmu daripada Ghausiyah”.
Al-Imam Sya’roni mengatakan bahwa yang demikian itu adalah dalil bahwa Syaikh Ahmad al-Rifa’i telah melampaui “Maqamat” dan “Athwar” karena Qutub dan Ghauts itu adalah Maqam yang maklum (diketahui umum).
Sebelum wafat beliau telah menceritakan kapan waktunya akan meninggal dan sifat-sifat hal ihwalnya beliau. Beliau akan menjalani sakit yang sangat parah untuk menangung bilahinya para makhluk. Sabdanya, Aku telah di janji oleh Allah, agar nyawaku tidak melewati semua dagingku (daging harus musnah terlebih dahulu). Ketika Sayyidi Ahmad Al-Rifa’i sakit yang mengakibatkan kewafatannya, beliau berkata, “Sisa umurku akan kugunakan untuk menanggung bilahi agungnya para makhluk.
Kemudian beliau menggosok-ngosokkan wajah dan uban rambut beliau dengan debu sambil menangis dan beristighfar . Yang dideritai oleh Sayyidi Ahmad Al-Rifa’i ialah sakit “Muntah Berak”. Setiap hari tak terhitung banyaknya kotoran yang keluar dari dalam perutnya. Sakit itu dialaminya selama sebulan. Hingga ada yang tanya, Kok, bisa sampai begitu banyaknya yang keluar, dari mana ya kanjeng syaikh. Padahal sudah dua puluh hari tuan tidak makan dan minum.
Beliau menjawab, Karena ini semua dagingku telah habis, tinggal otakku, dan pada hari ini nanti juga akan keluar dan besok aku akan menghadap Sang Maha Kuasa. Setelah itu ketika wafatnya, keluarlah benda yang putih kira-kira dua tiga kali terus berhenti dan tidak ada lagi yang keluar dari perutnya. Demikian mulia dan besarnya pengorbanan Aulia Allah ini sehingga sanggup menderita sakit menanggung bala yang sepatutnya tersebar ke atas manusia lain. Wafatlah Wali Allah yang berbudi pekerti yang halus lagi mulia ini pada hari Kamis waktu duhur 12 Jumadil Awal tahun 570 Hijrah. Riwayat yang lain mengatakan tahun 578 Hijrah.
Syaikh Ahmad Badawi
Setiap hari, dari pagi hingga sore, beliau menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat.
Pada usia dini beliau telah hafal Al-Quran, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan syaikh Ahmad Rifai. Suatu hari, ketika beliau telah sampai ketingkatannya, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, menawarkan kepadanya: “Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masyriq atau Maghrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Syaikh Ahmad Rifai, dengan lembut, dan karna menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; Aku tak mengambil kunci kecuali dari al-Fattah (Allah ).
Peninggalan syaikh Ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan shalawat badawiyah sughro dan shalawat badawiyah kubro.
Syaikh Abu Hasan asy-Syazili
Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.
Di antara keramatnya para Shiddiqin ialah :
1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah (kontineu).
2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi).
3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya.
Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :
1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.
2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.
4. Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.
Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya. Kemudian beliau menjawab, Guruku adalah Syaikh Abdus Salam ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Usman bin Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung.
Beliau pernah berkata, Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat. Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, Aku setiap malam banyak membaca Radiyallahu’an Asy-Syekh Abul Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku.
Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu ˜An Asy-Syaikh Abu Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swt, apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?. Lalu Nabi saw menjawab, Abu Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawassul kepada Abu Hasan, maka berarti dia sama saja bertawassul kepadaku.
Peninggalan syaikh Abu Hasan asy-Syazili yang sangat utama, yaitu Hizib Nashr dan Hizib Bahar. Orang yang mengamalkan Hizib Bahar dengan istiqomah, akan mendapat perlindungan dari segala bala. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Hizib Bahar ditulis syaikh Abu Hasan asy-Syazili di Laut Merah (Laut Qulzum).
Di laut yang membelah Asia dan Afrika itu syaikh Abu Hasan asy-Syazili pernah berlayar menumpang perahu. Di tengah laut tidak angin bertiup, sehingga perahu tidak bisa berlayar selama beberapa hari. Dan, beberapa saat kemudian Syaikh al-Syadzili melihat Rasulullah. Beliau datang membawa kabar gembira. Lalu, menuntun syaikh Abu Hasan asy-Syazili melafazkan doa-doa. Usai syaikh Abu Hasan asy-Syazili membaca doa, angin bertiup dan kapal kembali berlayar

0 Response to "TINGKATAN PARA WALI, JUMLAH DAN PANGKATNYA"

Post a Comment